Gunung Jayawijaya, yang berada di jantung Papua, Indonesia, merupakan salah satu puncak tertinggi di Asia Tenggara dan menjadi bagian dari rangkaian Pegunungan Sudirman.
Menonjol dengan puncak bersalju abadi yang langka di kawasan tropis, Gunung Jayawijaya menawarkan pengalaman mendaki yang tak terlupakan dan pemandangan alam yang spektakuler.
Gunung ini tidak hanya menantang bagi para pendaki karena medan yang keras dan kondisi cuaca yang ekstrem, tetapi juga merupakan simbol keindahan alam yang murni dan misterius.
Menjadi destinasi yang populer bagi para petualang dan penjelajah dunia, Gunung Jayawijaya tetap mempertahankan aura eksotis dan keasliannya, menjanjikan petualangan yang mendebarkan dan memikat hati setiap yang datang menjelajahinya.
Fenomena Alam Menarik Tentang Gunung Jayawijaya
Puncak Jayawijaya, terletak di Papua, Indonesia, merupakan puncak tertinggi di kepulauan Oceania dan salah satu dari sedikit gunung dengan salju abadi di wilayah tropis.
Keunikannya sebagai gunung bersalju di khatulistiwa menjadikannya destinasi yang sangat menarik bagi para pendaki dan peneliti.
Selain keindahan alamnya yang memukau, Gunung Jayawijaya juga kaya akan keanekaragaman flora dan fauna, termasuk beberapa spesies yang hanya bisa ditemukan di wilayah ini, membuatnya tidak hanya penting dari sudut pandang geografis tapi juga ekologis.
1. Pendakian Pertama ke Puncak Gunung Jayawijaya
Heinrich Harrer, seorang pendaki asal Austria, mencatat sejarah sebagai orang pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Jayawijaya, puncak tertinggi di Indonesia, pada tahun 1962.
Dalam ekspedisinya, ia ditemani oleh tiga anggota lainnya: Russell Kippax, Bertus Huizenga, dan Robert Philip Temple. Bersama-sama, mereka berhasil menaklukkan tantangan yang disajikan oleh Gunung Jayawijaya.
2. Keunikan Salju Abadi di Gunung Jayawijaya
Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa, Gunung Jayawijaya menawarkan fenomena yang langka dan menakjubkan: keberadaan salju abadi.
Salju ini menutupi puncak gunung tersebut, menjadikan Gunung Jayawijaya sebagai satu-satunya tempat di Indonesia di mana salju dapat ditemukan, menambahkan keunikan tersendiri pada keindahan alam negeri ini.
3. Gletser di Puncak Gunung Jayawijaya
Gunung Jayawijaya tidak hanya memiliki salju abadi di puncaknya, tetapi juga dihiasi dengan gletser. Gletser tersebut terbentuk dari tumpukan salju yang mengeras selama puluhan tahun.
Keberadaan gletser ini sangat penting karena berfungsi sebagai sumber air tawar yang vital untuk wilayah sekitarnya.
4. Sejarah Nama Carstensz
Gunung Jayawijaya juga dikenal dengan nama Carstensz, yang berasal dari kisah pelaut Belanda Jan Carstenz pada tahun 1623. Saat melintasi pantai selatan Laut Arafura, Jan Carstenz melihat puncak gunung yang dilapisi salju melalui teropongnya.
Klaim ini sempat membuatnya dianggap gila dan pembohong karena keberadaan salju di khatulistiwa dianggap mustahil.
Namun, lebih dari 300 tahun kemudian, keberadaan Gunung Carstensz Pyramid dengan salju di puncaknya akhirnya diakui, membuktikan pengamatan Jan Carstenz dan menegaskan pentingnya penemuan tersebut dalam sejarah geografi dunia.
5. Tertinggi di Indonesia dan Benua Australia
Dengan ketinggian mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut, Gunung Jayawijaya tidak hanya merupakan puncak tertinggi di Indonesia tetapi juga di benua Australia.
Selain itu, Gunung Jayawijaya menduduki posisi kedua sebagai gunung tertinggi di Asia Tenggara, setelah Gunung Hkakabo Razi di Myanmar, yang memiliki ketinggian 5.881 meter di atas permukaan laut.
Baca Juga: Pesona Wisata Danau Sentani, Keindahan Tanah Papua yang Tiada Dua
6. Dikenal dengan Dua Nama
Gunung Jayawijaya dikenal juga dengan dua nama berbeda. Selain nama Carstensz yang berasal dari pelaut Belanda Jan Carstenz, gunung ini juga dikenal sebagai Puncak Soekarno.
Nama Puncak Soekarno diberikan sebagai penghormatan terhadap Soekarno, presiden pertama Indonesia, setelah masa pembebasan Papua dari penjajahan.
7. Biaya Pendakian Termahal di Dunia
Pendakian ke puncak Gunung Jayawijaya diakui sebagai salah satu yang paling mahal di dunia, bahkan melebihi biaya mendaki Gunung Everest. Sebuah kelompok pendaki yang terdiri dari lima orang bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 55 juta per orang untuk mencapai puncak.